Totalitas Santri Beasiswa, Menjadi Bagian Penting Panitia dalam Mensukseskan DIFEST Seri ke 7!

Puncak acara DAFI Islamic Festival (DIFEST) seri ke 7 kali ini sukses terselenggara pada Sabtu, 9 November 2024, mengambil lokasi di halaman pesantren DAFI Anggaswangi para panitia menyuguhkan kompetisi dalam kemasan yang luar biasa dengan diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Tercatat lebih dari 150 peserta hadir didampingi para teman, guru, dan orang tua untuk meramaikan sekaligus memberikan dukungan para peserta dalam berkompetisi pada kegiatan puncak DIFEST seri ke 7 yang mengangkat tema “Show The Intelligent Side of Indonesian Generation and Explore Your Diverse Talent”. Selain kesuksesan berjalannya kegiatan DIFEST seri ke 7 yang menarik banyak perhatian, tak boleh kita lewatkan juga adalah usaha serta kerja keras panitia yang mempersiapkan dengan detail rancangan acara beserta kelengkapannya. Mereka adalah para santri kelas 11 MA DAFI secara keseluruhan yang menjadi panitia penyelenggara. Tak terkecuali santri beasiswa dijenjang kelas 11 MA DAFI juga memberikan kontribusi terbaiknya dalam mensukseskan kegiatan tersebut, diantaranya adalah Zaki Khofifah (Pendanaan), Hanifah Salma (Humas), Fairus Nasya (Pendanaan), Micayla (Perlengkapan), Chika (Wakil Ketua Pelaksana), Falisha Raihana (Pubdekdok). Masing-masing dengan tugasnya sendiri berkolaborasi bersama rekan-rekannya untuk mencapai targetnya. “Masya Allah, tantangan dan pengalaman yang luar biasa tentunya menjadi pengalaman yang berharga bagi saya”, ucap Hanifah yang di kepanitiaan juga membantu di bidang HUMAS. DIFEST menjadi bukti bahwa para santri penghafal Al Qur’an terlebih para penerima beasiswa juga mampu mengaplikasikan pendidikan kepemimpinan dengan menjadi bagian penting dari suksesnya kegiatan ini. “Terima kasih DAFI, teman-teman panitia dan peserta yang memberikan kesempatan serta turut mensukseskan DIFEST seri ke 7 ini semoga ke depan untuk adik-adik kelas kami bisa memberikan yang lebih baik lagi”, pungkas Chika yang juga selaku Wakil Ketua Pelaksana. Kami mengajak para orang baik bersama-sama DAFI membantu dalam memenuhi kebutuhan Santri Beasiswa Penghafal Al Qur’an agar ke depan lebih banyak lagi yang bisa menerima manfaat sehingga teruwujud generasi muda yang rabbani.

Wakaf Mushaf untuk Santri Penghafal Al-Quran Telah Tersalurkan

Alhamdulillah, sebanyak 32 Al-Quran Wakaf telah disalurkan kepada para Santri Penghafal Al-Quran di DAFI. Al-Quran ini nantinya akan menemani setiap aktivitas santri dalam menghafal dan belajar. Para Santri mengucapkan terima kasih kepada para dermawan yang telah berpartisipasi dalam program Wakaf Al-Quran ini. Tak lupa, mereka juga menyampaikan doa supaya para donatur Baziskaf Dafi senantiasa dinaungi keberkahan dan selalu diberi rezeki yang berlimpah dari Allah SWT.

Santri Penerima Beasiswa Baziskaf DAFI Juara 1 MHQ Kabupaten Sidoarjo

Muhammad Faqih Al Zuhdi kelas XII Azhary MA Dafi, yang telah meraih Juara 1 MHQ 30 Juz dalam MTQ ke-31 Kabupaten Sidoarjo pada 9-12 Agustus 2024. Santri Penerima Beasiswa Berprestasi Baziskaf DAFI ini mewakili Kecamatan Sukodono dan berhasil unggul dari peserta lain dari seluruh kecamatan se-kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya Faqih akan melanjutkan langkahnya ke ajang MTQ Tingkat Provinsi Jawa Timur mewakili Kabupaten Sidoarjo. Terima kasih kepada seluruh donatur yang telah berpartisipasi dalam program Beasiswa Santri Penghafal Al-Qur’an. Barakallah Fiikum.

Bapak Herman Menjadi Orang Tua Asuh ke-5 Bersama Baziskaf Dafi

MasyaAllah Tabarakallah, Alhamdulillah, Bertambah satu lagi orang baik yang bersedia bergabung bersama kami. Dengan niat yang tulus, Bapak Herman Sudjatmiko, S.T. bersedia mengasuh salah satu santri Yatim-Dhuafa binaan DAFI. Pak Herman menjadi donatur ke-5 yang telah berpartisipasi dalam program Orang Tua Asuh Santri Yatim-Dhuafa Penghafal Al-Quran Baziskaf DAFI. Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang layak bagi 76 Santri Yatim-Dhuafa melalui pemenuhan IPP 1 santri penuh setiap bulannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan nikmat sehat, melimpahkan rezeki, dan memudahkan segala urusan, serta mendapatkan keutamaan dalam menyantuni anak Yatim untuk Pak Herman sekeluarga.

Muhammad Salman Al-Farisi Nugroho: Kisah Inspiratif Seorang Anak Yatim Penghafal Al-Quran

Muhammad Salman Al-Farisi Nugroho adalah anak yang luar biasa. Seorang anak yatim yang ditinggalkan oleh ayahnya pada tahun 2021 karena COVID-19, ketika usianya masih sangat muda, yaitu duduk di kelas 4 SD. Kehilangan ayahnya pada usia yang begitu muda tentu merupakan pukulan berat bagi Salman dan ibunya. Namun, mereka tidak menyerah pada nasib. Ibunya, seorang guru PNS yang tangguh, terus berjuang untuk masa depan anak satu-satunya tersebut Awal Perjalanan Salman Sejak kecil, Salman menunjukkan bakat yang luar biasa dalam membaca Al-Quran. Bacaan Al-Qurannya sangat merdu dan mampu menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Pada usia yang sangat muda, Salman sudah berhasil menghafal 4 juz Al-Quran. Kemampuannya ini tidak hanya membuat keluarganya bangga, tetapi juga sekolahnya. Saat masih di SD, Salman pernah meraih juara 2 dalam lomba Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) di sekolahnya, mengalahkan banyak peserta lainnya. Kehilangan dan Kebangkitan Ketika ayahnya meninggal, dunia Salman seolah runtuh. Namun, ibunya menjadi sumber kekuatan yang tak tergoyahkan. Dia selalu berkata kepada Salman bahwa ayahnya pasti bangga melihat ketekunan dan keimanannya. Ibu Salman, dengan kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga, terus membimbing Salman agar tetap fokus pada pelajaran dan hafalannya. Setelah kepergian ayahnya, ibunya memutuskan untuk memasukkan Salman ke SMP Darul Fikri Sidoarjo, sebuah pesantren yang dikenal dengan program hafalan Al-Qurannya yang kuat. Ibu Salman memiliki harapan besar bahwa Salman dapat menyelesaikan hafalan 30 juznya selama mondok di sana. Kehidupan di Pesantren Di pesantren, Salman dikenal sebagai anak yang tekun, rajin, dan taat beribadah. Dia tidak hanya mengikuti semua kegiatan wajib di pesantren, tetapi juga melaksanakan shalat sunnah dengan penuh keikhlasan. Para guru di pesantren sangat menyukai sikap sopan dan hormat Salman. Dia selalu menunjukkan adab yang baik terhadap semua orang, baik kepada teman-temannya maupun kepada para gurunya. Salman menghabiskan banyak waktunya untuk mengulang hafalan dan memperdalam ilmu agama. Setiap pagi sebelum fajar, dia sudah bangun untuk melaksanakan shalat tahajud dan mengulang hafalan Al-Qurannya. Ketekunannya ini membuahkan hasil yang luar biasa. Satu demi satu, juz demi juz, Salman berhasil menambah hafalannya. Harapan dan Cita-cita Ibunya selalu berdoa agar Salman dapat menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Quran selama mondok di pesantren. Bukan hanya untuk kebahagiaan dirinya sendiri, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan bagi ayahnya yang sudah tiada. Ibu Salman percaya bahwa setiap ayat yang dihafal oleh Salman akan menjadi cahaya bagi ayahnya di alam kubur. Salman juga memiliki harapan yang besar. Dia ingin menjadi seorang hafidz Al-Quran yang bisa memberikan kebahagiaan kepada ibunya dan juga menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dia ingin menunjukkan bahwa meskipun hidup tidak selalu mudah, dengan tekad, doa, dan usaha yang keras, kita bisa mencapai apa yang kita impikan. Akhir yang Bahagia Salman terus menjalani hari-harinya di pesantren dengan penuh semangat. Dia semakin dekat dengan cita-citanya untuk menghafal 30 juz Al-Quran. Ibunya selalu mendukungnya dengan doa dan cinta tanpa batas. Setiap kali bertemu dengan ibunya, Salman selalu berkata bahwa dia akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi harapan ibunya dan membuat ayahnya bangga. Kisah Muhammad Salman Al-Farisi Nugroho adalah bukti bahwa ketekunan, doa, dan dukungan keluarga dapat mengatasi segala rintangan. Meskipun kehilangan ayahnya pada usia yang sangat muda, Salman mampu bangkit dan terus berjuang untuk mencapai impiannya. Semoga kisahnya dapat menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah menyerah, meskipun hidup penuh dengan tantangan.