Bantuan Buku dan Pendidikan untuk Muhtadi, Kebaikan yang Mengalir Sepanjang Hari! Insyaallah

Di balik wajah tenangnya, Muhtadi Arif Dzakirah menyimpan tekad yang luar biasa. Santri penerima beasiswa yatim di DAFI Pesantren Al Qur’an Science ini tak hanya bercita-cita menjadi masinis, tapi juga ingin menuntaskan hafalan 30 juz Al-Qur’an. Saat ini, Muhtadi telah menyelesaikan 12 juz hafalannya dan tengah melanjutkan pendidikannya di jenjang MA DAFI, program Azhary (Timur Tengah), dengan tetap menerima beasiswa yatim dari DAFI. Muhtadi adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya, almarhum Agus Riyadi, wafat ketika Muhtadi baru berusia dua tahun akibat tumor lambung. Sang ibu, Ibu Khusnul Khotimah, mengenang masa-masa sulit itu, ketika suaminya lebih sering dirawat di rumah sakit daripada berada di rumah. Saat itu, Muhtadi kecil bersama kakaknya bahkan sempat dititipkan ke saudara karena beratnya kondisi keluarga. Kini, Ibu Khusnul tinggal bersama Muhtadi dan satu kakaknya di sebuah kos sederhana di kawasan Petemon Kali, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya. Ia mengajar di sebuah TPQ dengan penghasilan Rp150.000, ditambah bantuan dari Kementerian Agama sebesar Rp700.000 per bulan. Jumlah itu harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tiga orang dalam rumah tangga mereka. Meski ketiga anaknya yang lain telah menikah, mereka hanya bisa membantu sedikit karena juga masih berjuang secara ekonomi. “Semoga Muhtadi kelak bisa memperbaiki keadaan keluarga ini lewat Al-Qur’an dan pendidikan,” harap Ibu Khusnul. Tahun ajaran baru ini, kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi adalah buku pelajaran senilai Rp488.000. Namun di balik itu, terbuka pula kesempatan bagi para muhsinin untuk menjadi Orang Tua Asuh yang bersedia mendukung biaya pendidikan Muhtadi secara rutin tiap bulan. Ustadz Andy Setiawan, Koordinator Baziskaf DAFI, menyampaikan bahwa tahun ajaran depan DAFI menerima lebih dari 70 santri beasiswa yatim dan dhuafa. “Kami sangat terbuka untuk kolaborasi. Bantuan dari donatur individu maupun lembaga akan sangat berarti bagi keberlangsungan pendidikan dan penghafalan Al-Qur’an para santri seperti Muhtadi,” ungkapnya. Semoga semakin banyak tangan-tangan baik yang tergerak untuk membersamai perjuangan Muhtadi dan para santri lainnya dalam menapaki jalan cahaya Al-Qur’an. Karena satu kebaikan yang ditanam hari ini, bisa menjadi aliran pahala abadi hingga akhir hayat. Mari bantu pendidikan Muhtadi. Jadilah bagian dari kisah indah perjuangan santri yatim yang ingin menghafal Al-Qur’an dan mengubah masa depan keluarganya.

Quinn Jabbar Maulana, Santri Beasiswa Pimpin Tim dalam International Culture Exchange bersama Pelajar Jepang

Semangat kolaborasi lintas budaya dan peningkatan kapasitas diri ditunjukkan oleh para santri SMP DAFI Pesantren Al-Qur’an Science dalam kegiatan International Culture Exchange Program yang digelar secara daring bersama para pelajar dari Ishimine Junior High School, Okinawa, Jepang. Kegiatan ini menjadi bagian dari program bilingual SMP DAFI yang bertujuan mengasah kemampuan berbahasa Inggris sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Dengan menggandeng Miss Minori, perwakilan resmi World Classroom dari Jepang, kegiatan ini berlangsung interaktif dan penuh antusiasme pada hari Rabu, 18 Juni 2025. Yang menjadi sorotan inspiratif dalam kegiatan ini adalah peran Quinn Al Jabbar, santri kelas 8 sekaligus penerima beasiswa di DAFI Pesantren Al Qur’an Science, yang ditunjuk sebagai Koordinator Tim World Classroom dari santri putra. Penunjukan ini bukan tanpa alasan. Sosok yang akrab disapa Mas Jabbar ini dikenal sebagai figur muda yang disiplin, komunikatif, dan mampu memimpin dengan teladan. Sebagai Ketua OSIS SMP DAFI Putra, Mas Jabbar telah menunjukkan kepemimpinan yang matang di usia remaja. Dalam kegiatan International Culture Exchange ini, ia memimpin rekan-rekannya sejak masa persiapan, pembekalan, hingga hari pelaksanaan dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme. “Alhamdulillah seluruh tim di bawah kepemimpinan Mas Jabbar dapat dikondisikan dengan baik dan sesuai instruksi yang telah diberikan oleh para guru Bahasa Inggris,” ungkap Ustadz Rukhan, guru Bahasa Inggris sekaligus pembina kegiatan ini. Program ini juga menjadi salah satu pencapaian nyata dari goal pengembangan program bilingual DAFI. Para santri tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi mampu mempraktikkan langsung kemampuan bahasa Inggris mereka dalam forum internasional. “Alhamdulillah, ini adalah langkah awal yang membanggakan dalam mengenalkan para santri SMP DAFI pada forum pertukaran budaya internasional,” tutur Ustadz Lukman Setiawan, guru pembimbing. Kegiatan ini membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah halangan untuk berprestasi. Melalui dukungan beasiswa dan lingkungan pendidikan yang kondusif di DAFI, santri seperti Quinn Al Jabbar mampu tumbuh menjadi sosok yang unggul, baik secara akademik, spiritual, maupun kepemimpinan. DAFI Pesantren Al Qur’an Science terus berkomitmen mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang berwawasan global. Dengan mengintegrasikan program tahfidz, kepemimpinan, dan penguasaan bahasa asing, DAFI membuka peluang lebih luas bagi para santri untuk menjadi agen perubahan umat yang berkualitas, beradab, dan mendunia.

Haflah Akhir As-Sanah 2025: 45 Santri Beasiswa Buktikan Al-Qur’an Membuka Jalan Masa Depan

SMP dan MA DAFI Pesantren Al-Qur’an Science Sidoarjo kembali menggelar Haflah Akhir As-Sanah sebagai penanda selesainya masa pendidikan para santri sekaligus momentum istimewa untuk melepas mereka kembali ke pangkuan orang tua penuh rasa syukur dengan hadirnya 45 santri penerima beasiswa yang turut diwisuda—terdiri dari 28 santri jenjang MA dan 17 santri jenjang SMP. Ketua Dewan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Darul Fikri Sidoarjo, K.H. Muhammad Sirot, S.Ag., M.M., dalam sambutannya menyampaikan bahwa DAFI adalah lembaga pendidikan yang terus mencetak prestasi dalam berbagai bidang, baik akademik, non-akademik, terlebih lagi di bidang Al-Qur’an. “Tenaga pendidik kami adalah orang-orang yang bekerja keras, cerdas, dan ikhlas dalam membimbing para santri menuju keberhasilan dunia dan akhirat,” ujarnya. K.H. Rofi’ Munawar, Lc., anggota Dewan Pengasuh, juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah bertentangan dengan Al-Qur’an. “Keduanya bersumber dari Allah SWT. Karena itu, santri DAFI tak hanya unggul dalam tahfidz, tetapi juga memiliki prestasi akademik yang membanggakan,” jelasnya. Salah satu momen yang paling menginspirasi dalam Haflah tahun ini datang dari para santri beasiswa. Andy Setiawan, S.Pd., Koordinator Baziskaf DAFI, menyampaikan rasa syukurnya menyaksikan keberhasilan mereka. “Alhamdulillah, senang, bangga, dan terharu memperhatikan mereka saat ini dan mengingat perjuangan mereka selama menempuh pendidikan serta menghafalkan Al Qur’an. Mereka bukan hanya berhasil secara akademik, tapi juga spiritual,” ungkapnya. Tak lupa, ia menyampaikan doa terbaik dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para orang tua asuh, donatur, serta muhsinin yang telah istiqomah membantu perjuangan para santri yatim dan dhuafa melalui program beasiswa pendidikan di DAFI. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Muhammad Faqih Al Zuhdi, santri kelas 12 MA dan juga penerima beasiswa. Dalam Haflah ini, Faqih mendapatkan challenge langsung dari para tamu undangan untuk menguji hafalan 30 juz-nya secara publik. Dengan penuh keyakinan dan izin Allah, Faqih mampu menjawab semua pertanyaan dengan lancar. “Alhamdulillah, dilancarkan dan dimudahkan oleh Allah SWT,” ucapnya dengan penuh syukur. Tak hanya hafal 30 juz, Faqih juga berhasil meraih sanad riwayat Imam Hafs dari Imam ‘Ashim yang ia peroleh dari ustadz Muhammad Taufiq, salah satu penjamin mutu hafalan Al-Qur’an di DAFI. Faqih juga telah menorehkan banyak prestasi, di antaranya menjadi juara tahfidz tingkat provinsi dan nasional, bahkan mendapat hadiah umroh serta kesempatan menyetorkan hafalan di Masjidil Haram. “Selama di tanah suci, Faqih tidak tertarik mengambil program city tour. Ia memilih fokus menyetorkan hafalan kepada Syeikh Al-Qur’an. Ini bentuk cinta yang tulus terhadap Al-Qur’an,” ungkap Kepala MA Darul Fikri, Angga Wahyu Wardana. Tahun ini, MA Darul Fikri meluluskan 103 santri, 45 di antaranya hafal 30 juz. Angka ini meningkat 37 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, 76 lulusan sudah diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan lima lainnya bersiap melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Kairo. Kepala SMP DAFI, Uswatun Aisah, S.Pi., S.Pd., menambahkan bahwa Haflah ini bukan hanya seremoni, tetapi penanda akhir dari fase pendidikan yang membentuk karakter dan kecintaan terhadap Al-Qur’an. “Kami ingin lulusan siap melanjutkan ke jenjang berikutnya, dengan bekal Al-Qur’an, ilmu, dan semangat nasionalisme,” tegasnya. Haflah Akhir As-Sanah tahun ini bukan hanya ajang pelepasan, tetapi juga bukti nyata bahwa dengan kerja keras, ketulusan, dan dukungan para muhsinin, generasi Qur’ani yang unggul dan berdaya saing global benar-benar bisa diwujudkan.

Santri Beasiswa Raih Juara Harapan 2 MHQ Nasional di Makassar: Menghafal untuk Menjaga, Bukan Sekadar Berlomba

Al-Qur’an bukan sekadar untuk dilombakan, tetapi untuk dijaga dan diamalkan. Itulah pesan mendalam yang disampaikan oleh Muhammad Faqih Al Zuhdi, santri berprestasi asal Ngawi, Jawa Timur, yang berhasil meraih Juara Harapan 2 Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) 30 Juz Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar. Faqih—begitu ia akrab disapa—merupakan putra dari Bapak Siswanto, seorang penyuluh KUA, dan Ibu Sri Suryani, seorang ASN di Kabupaten Ngawi. Santri penerima beasiswa ini telah menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an dan mendapatkan sanad riwayat Hafs dari Imam Ashim dari gurunya tercinta, Ustadz Muhammad Taufiq, S.Pd.I., Al-Hafizh. MHQ Nasional yang digelar pada 31 Mei 2025 itu diikuti oleh 302 peserta dari berbagai penjuru Indonesia, dengan proses seleksi ketat dimulai dari tahap kualifikasi video tasmi’ Al-Qur’an. Dari ratusan peserta, hanya 30 terbaik yang kemudian diundang ke Makassar untuk diuji secara langsung oleh para dewan juri ahli. “Saya menaikkan target murojaah harian dari 5 juz menjadi 10 juz per hari saat persiapan musabaqoh. Itu adalah bagian dari ikhtiar saya untuk memberikan yang terbaik dalam lomba ini,” ungkap Faqih. Namun bukan kemenangan yang menjadi titik paling berkesan dalam perjalanannya, melainkan kesempatan untuk bertemu para huffazh terbaik dari seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Bandung, Jawa Tengah, hingga daerah lainnya. Bahkan, salah satu penguji lomba ini adalah Ahmad Gozali, Juara 1 Hafidz Indonesia tahun 2018—momen yang membuat Faqih merasa sangat terinspirasi dan semakin termotivasi. Faqih menuturkan bahwa keberhasilannya tak lepas dari pendampingan, arahan, dan semangat yang terus diberikan oleh para ustadz di DAFI Pesantren Al-Qur’an Science. Dukungan penuh dari lingkungan yang mencintai Al-Qur’an membuatnya optimis untuk terus berjuang menjaga hafalan dan membumikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan. Di akhir wawancaranya, Faqih menyampaikan pesan untuk adik-adik santri:“Jangan jadikan lomba tujuan utama. Jadikan musabaqoh sebagai cara kita mensyiarkan Al-Qur’an. Hafalan harus dijaga setiap saat, bukan hanya ketika akan berlomba.” Prestasi yang diraih oleh Faqih bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh generasi muda Qur’ani di Indonesia khususnya para santri DAFI Pesantren Al Qur’an Science bahwa dengan kesungguhan, ketekunan, dan niat karena Allah, Al-Qur’an akan memuliakan siapa pun yang menjaganya. DAFI turut bersyukur atas prestasi ini, dan terus berkomitmen untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang tak hanya cemerlang dalam prestasi, tetapi juga kokoh dalam adab, akidah, dan cinta terhadap Al-Qur’an.

Qurban, Kolaborasi Iman dan Ilmu: Idul Adha Penuh Makna di DAFI

Suasana bahagia dan penuh semangat menyelimuti halaman DAFI Pesantren Al Qur’an Science, khususnya di komplek pesantren putra yang berlokasi di Jl. Putra Bangsa RT.01 RW.01, Sukodono – Sidoarjo. Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha 1446 H, DAFI melaksanakan acara puncak penyembelihan hewan qurban, sebuah momen sakral yang bukan hanya sarat ibadah, tetapi juga edukasi dan pembentukan karakter bagi para santri. Sebelum prosesi penyembelihan dimulai, KH. Syaiful Arifin, SS., M.Pd, selaku Pengasuh DAFI Pesantren Al Qur’an Science, menyampaikan pesan penting kepada seluruh panitia dan peserta. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa qurban adalah amanah suci dari para mudhohhi yang harus dijalankan dengan niat ikhlas dan penuh kehati-hatian. “Laksanakanlah amanah ini dengan hati yang bersih, niat yang lurus, dan tangan yang penuh kehati-hatian. Jangan sekadar menyembelih, tetapi pahami bahwa ini adalah bagian dari ibadah besar yang diamanahkan kepada kita,” pesan beliau mengawali briefing kepanitiaan. Tahun ini, DAFI menerima amanah qurban berupa 4 ekor sapi dan 49 ekor kambing dari para mudhohhi. Hewan-hewan tersebut disembelih dengan penuh kesungguhan dan sesuai dengan tuntunan syariat. Daging qurban kemudian didistribusikan kepada para santri penghafal Al-Qur’an, masyarakat sekitar, serta mitra pesantren yang tersebar di wilayah Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, Malang, Probolinggo, Magetan, dan Pamekasan. Yang istimewa dari pelaksanaan qurban di DAFI adalah semangat gotong royong dan keterlibatan penuh seluruh unsur pesantren—mulai dari santri, ustadz/ustadzah, tim keamanan, hingga tim kebersihan. Semua bersatu dalam pelaksanaan ibadah ini, mencerminkan kebersamaan dan kebahagiaan dalam menunaikan ibadah. Para santri sendiri sangat antusias dalam mengikuti setiap tahapan proses qurban. Bagi mereka, ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi bagian dari praktik ilmu yang telah mereka pelajari. “Para santri sangat antusias karena setiap tahapan dalam proses qurban—dari niat, penyembelihan, hingga pendistribusian—mengandung nilai edukatif yang kuat. Kami berharap pengalaman ini akan menjadi bekal bagi mereka saat nanti terjun ke tengah masyarakat,” ujar Ustadz Yusuf, ketua panitia Qurban tahun ini. Beliau juga menyampaikan rasa syukurnya kepada seluruh mudhohhi yang telah mempercayakan hewan qurbannya kepada DAFI. “Semoga Allah SWT meridhai amal ibadah yang telah diniatkan dan menjadikannya syafa’at kelak di hari akhir,” ungkapnya. Qurban: Ibadah Sosial yang Mendidik dan Menguatkan Jiwa Qurban bukanlah sekadar penyembelihan hewan, tapi juga bentuk ibadah yang penuh makna. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang menjadi dasar perintah qurban adalah pelajaran besar tentang keikhlasan, ketundukan, dan cinta kepada Allah SWT. Di DAFI, nilai-nilai itu terus ditanamkan dalam hati para santri, agar setiap ibadah memiliki pemaknaan yang mendalam. Qurban juga menjadi sarana pendidikan sosial. Daging qurban yang dibagikan bukan hanya memberi manfaat fisik, tetapi juga menjadi jembatan kasih sayang antara mereka yang mampu dengan mereka yang membutuhkan. Amanah qurban yang dititipkan kepada DAFI menjadi media syiar, pendidikan karakter, dan penguatan solidaritas umat. Melalui pelaksanaan Idul Adha ini, DAFI berharap dapat terus menumbuhkan pribadi-pribadi Qur’ani yang tak hanya cerdas dalam hafalan, tapi juga tangguh dalam pengabdian dan keikhlasan. DAFI Pesantren Al Qur’an Science menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan mempercayakan amanah qurban. Semoga semangat Idul Adha ini terus hidup dalam diri setiap santri, dan menjadi bekal mulia untuk menebar manfaat dan kebaikan bagi umat dan bangsa.

Hasan Nashrulloh: Mimpi Itu Ada, Doa dan Usaha yang Menjadikannya Nyata.

Hasan Nashrulloh bukan berasal dari keluarga berada. Ia tumbuh dalam kesederhanaan, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Namun, justru dari ruang sempit itulah tumbuh harapan-harapan besar yang ditanamkan orang tuanya sejak dini. “Saya lahir dari keluarga sederhana, tapi mereka ingin saya tumbuh dengan mimpi yang luar biasa,” ujar Hasan pelan namun penuh keyakinan. Sejak kecil, orang tuanya telah mengenalkannya pada Al-Qur’an dengan mengikutkannya ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Di sanalah benih kecintaan terhadap Kalamullah mulai tumbuh, dipelihara oleh lingkungan yang mendukung, dan menjadi arah hidup yang ia yakini hingga kini. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Pesantren DAFI sebagai penerima beasiswa dari Baziskaf, Hasan mengaku mengalami kegamangan. Lingkungan baru, aturan baru, hingga budaya dan ritme kehidupan pesantren yang sangat berbeda dengan kesehariannya, membuatnya harus berjuang keras untuk beradaptasi. “Rasanya campur aduk, antara tertantang dan takut. Saya harus melewati shock culture itu dengan banyak belajar dan menyesuaikan diri,” kenangnya. Namun perlahan, DAFI menjadi rumah kedua bagi Hasan. Pesantren itu bukan hanya tempat menghafal Al-Qur’an, tetapi juga medan untuk menempa karakter, membentuk ketahanan mental, dan memperluas wawasan melalui berbagai peran dan pengalaman yang ia emban: dari ketua pelaksana acara, wakil ketua OSIS, duta bahasa, hingga peserta berbagai perlombaan. Hasan tak menutupi bahwa jalannya sebagai penghafal Al-Qur’an tak selalu mulus. Pernah, di suatu malam menjelang ujian, ia menangis dalam diam karena merasa hafalannya belum sempurna. Bukan karena takut gagal semata, tetapi karena ia tahu betapa berat amanah ini, dan betapa besar pengorbanan orang tua yang ia bawa dalam setiap doa dan usahanya. Tapi air mata itu bukan titik akhir. Hasan bangkit, belajar lebih keras, dan memanfaatkan setiap waktu luang yang ia punya untuk menyeimbangkan hafalan, pelajaran umum, serta persiapan masuk kampus impian: LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab). Dengan ridho Allah SWT disertai tekad dan kerja keras yang konsisten, Hasan akhirnya berhasil. Ia menjadi salah satu dari sedikit pelajar di Indonesia yang diterima di LIPIA, kampus bergengsi di dunia Islam yang menjadi idaman banyak pencari ilmu. Ketika pengumuman diterima itu datang, Hasan langsung mengabari kedua orang tuanya. “Saya sangat bersyukur bisa menjadi salah satu yang terpilih. Ini bukan hanya mimpi yang terwujud, tapi juga amanah besar yang harus saya jaga,” katanya. Ia menyadari, nama orang tua dan pesantrennya melekat erat dalam perjalanan ini. Apa pun yang akan ia capai di masa depan, akan selalu membawa jejak mereka yang telah membersamainya sejak awal. Bagi Hasan, diterima di LIPIA bukanlah akhir perjalanan. Justru itu adalah awal dari tanggung jawab baru—untuk menjadi insan yang lebih bermanfaat, menyebarkan nilai-nilai kebaikan, dan memberi kontribusi nyata bagi bangsa. Ia ingin kelak menjadi sosok yang tidak hanya paham ilmu agama, tapi juga mampu menjawab tantangan zaman dengan bekal spiritual dan intelektual yang matang. Di hadapan para donatur dan orang-orang yang telah peduli terhadap pendidikan Qur’ani, Hasan hanya bisa menunduk dan berkata lirih, “Terima kasih sebesar-besarnya. Dukungan Anda sangat berarti, tidak hanya bagi saya, tetapi juga bagi para pejuang Al-Qur’an lain yang sedang berjuang dalam diam. Semoga Allah membalas setiap kebaikan Anda dengan pahala yang tak terputus.” Hasan juga menyampaikan pesan penuh harapan kepada anak-anak dhuafa lainnya yang mungkin masih ragu untuk bermimpi besar. “Jangan pernah merasa tidak mampu. Niat baik akan menemukan jalannya, bahkan melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Tetaplah berusaha dan bertawakal.” Perjalanan Hasan adalah kisah tentang harapan yang tidak menyerah pada keterbatasan, tentang keyakinan yang tidak goyah di tengah tantangan, dan tentang Al-Qur’an yang tak hanya membentuk hafalan, tapi juga membentuk arah hidup. Dari mushaf yang ia peluk setiap hari, lahirlah mimpi-mimpi besar yang kini mulai terwujud satu per satu. Dan semoga dari kisahnya, lahir pula semangat bagi ribuan Hasan lainnya di seluruh pelosok negeri.

PEMBANGUNAN PESANTREN BERLANJUT: Pengecoran Lantai 2 Direalisasikan Sebagai Amanah Dari Para Donatur Wakaf

Sidoarjo, 21 Mei 2025 — Semangat mewujudkan tempat pendidikan bagi para penghafal Al-Qur’an terus bergelora. Rabu, 21 Mei 2025, proses pengecoran tahap lanjutan untuk pembangunan Pesantren Putri DAFI Anggaswangi, Sukodono, Sidoarjo resmi dilaksanakan. Proyek ini merupakan bagian dari realisasi penyaluran wakaf yang telah dikumpulkan dari para donatur melalui Baziskaf DAFI, lembaga amil yang mensupport program wakaf pembangunan pesantren tahfiz DAFI. Pengecoran ini menjadi langkah penting dalam proses pembangunan fisik pesantren yang nantinya akan difungsikan sebagai tempat belajar dan beraktivitas para santri penghafal Al-Qur’an. Tidak hanya fokus pada hafalan Al-Qur’an, pesantren ini juga akan menjadi pusat pendidikan akademik yang mendukung pembentukan generasi Qur’ani yang cerdas dan berakhlak mulia. Perwakilan Baziskaf DAFI menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh donatur yang telah dengan ikhlas menyalurkan wakafnya. “Alhamdulillah, pengecoran hari ini berjalan lancar. Ini adalah bukti nyata dari amanah para donatur yang kami realisasikan dalam bentuk fisik bangunan. Semoga setiap tetes keringat dalam pembangunan ini menjadi ladang pahala dan amal jariyah bagi para muwakif,” ujar Ustadz Andy Setiawan, sebagai Koordinator Baziskaf DAFI. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”(HR. Muslim, no. 1631) Hadis ini menjadi pengingat bahwa wakaf merupakan salah satu bentuk sedekah jariyah yang pahalanya tidak terputus bahkan setelah seseorang meninggal dunia. Setiap wakaf yang digunakan untuk pendidikan, apalagi dalam rangka mencetak para penghafal Al-Qur’an, akan terus mengalirkan pahala selama manfaatnya masih dirasakan. Program wakaf pembangunan pesantren ini masih terus dibuka. Masyarakat diajak untuk ikut berkontribusi dalam program kebaikan ini, sebagai bentuk sedekah jariyah yang pahalanya mengalir abadi, terlebih ketika digunakan oleh para santri dalam menimba ilmu dan menghafalkan Al-Qur’an. Baziskaf DAFI berharap pembangunan ini bisa segera rampung sehingga manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh para santri dan masyarakat sekitar. “Kami memohon doa dan dukungan semua pihak agar proses pembangunan ini berjalan lancar hingga tuntas. Semoga menjadi wasilah syafaat dan ridha Allah SWT bagi kita semua, khususnya para donatur di yaumil akhir kelak,” tutupnya. Salurkan Wakaf terbaik anda untuk pembangunan pesantren penghafal Al Qur’an melalui; Rekening WakafBSI: 6688886064an.YPP Darul Fikri Sidoarjo

8 Tahun Perjuangan Reva: Dari Bangkalan, Diniatkan Menghafal 30 Juz Al-Qur’an

Di tengah sunyinya waktu subuh, ketika dunia masih terlelap, Tryza Revalina Rusadi sudah duduk bersimpuh di hadapan mushaf Al-Qur’an. Wajahnya penuh tekad, mengulang ayat demi ayat yang dihafalnya, tak ingin satu pun luput dari ingatannya. Gadis yang akrab disapa Reva ini bukan hanya santri biasa — ia adalah pejuang. Seorang yatim, penerima beasiswa, yang akhirnya berhasil mengkhatamkan hafalan 30 Juz Al-Qur’an setelah 8 tahun penuh semangat dan doa. Reva adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Sejak ayahnya meninggal dunia karena sakit asam lambung saat ia duduk di kelas 3 SD, hidup keluarganya berubah drastis. Ibunya kini menghidupi keluarga dengan berjualan gorengan di Kalimantan Timur, sering dibantu oleh sang kakak sulung. Namun dari rumah yang sederhana itu, tumbuh cita-cita besar — menjadi penghafal Al-Qur’an yang mampu mengangkat derajat keluarga. Semangat itu tak pernah padam, terutama berkat dorongan luar biasa dari sang ibu. “Nak, jadilah penghafal Al-Qur’an. Karena insyaAllah, itu yang akan mengangkat derajat kita di dunia dan akhirat,” pesan ibunya yang masih terpatri dalam hati Reva hingga kini. Reva memulai hafalan sejak kelas 5 SD, dan melanjutkannya di SMP dan MA DAFI. Perjalanan itu tidak mudah. Ia sempat stagnan selama satu semester di juz 22, terutama di masa kelas 10 ketika hafalannya baru 9 juz. Fokusnya sempat goyah, rasa malas kerap mengintai, namun motivasi dari para ustadzah — terutama Ustadzah Ulya — membuatnya bangkit dan kembali kuat. Di pesantren, hari-hari Reva diisi dengan sesi menghafal yang disiplin: selepas subuh, di jam sekolah, dan setelah maghrib. Waktu selepas subuh menjadi favoritnya, karena suasana masih tenang dan hati terasa lebih jernih. “Kalau mengingat perjuangan ibu di rumah, saya tidak punya alasan untuk menyerah,” tutur Reva dengan mata berkaca-kaca. “Alhamdulillah, beasiswa ini sangat meringankan. Tanpa itu, mungkin saya sudah berhenti di tengah jalan karena tidak ingin membebani ibu di rumah.” Tak hanya hafalan Al-Qur’an, Reva juga menunjukkan prestasi akademik. Ia pernah meraih medali perunggu dan perak dalam Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Fiqih — sebuah bukti bahwa keterbatasan ekonomi tak menghalangi santri untuk tetap berprestasi. Kini, setelah mengkhatamkan hafalan 30 Juz, Reva punya cita-cita yang sederhana namun mulia: menjadi guru SD di kampung halamannya, Bangkalan. “Saya ingin memajukan pendidikan di sana. Semoga bisa jadi manfaat untuk banyak orang,” ungkapnya. Kepada para donatur, Reva menyampaikan doa yang tulus, “Terima kasih telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kami. Semoga menjadi berkah, rezekinya lancar, dan menjadi wasilah keselamatan di dunia dan akhirat.” Reva percaya bahwa Al-Qur’an adalah sumber kekuatan hidupnya. Setiap kali ia merasa lelah atau tak tahu arah, ia membuka Al-Qur’an dan merenungi maknanya. “Al-Qur’an bukan hanya untuk dihafal, tapi menjadi pedoman dalam menghadapi hidup,” ujarnya. Program beasiswa yatim dan dhuafa penghafal Al-Qur’an seperti yang diterima Reva telah membuktikan diri sebagai investasi masa depan. Bukan hanya mencetak generasi Qur’ani, tetapi juga memberi harapan nyata bagi anak-anak yang terpinggirkan oleh keadaan. Mari Ambil Bagian dalam Perjuangan Mereka Masih banyak Reva-Reva lain di luar sana. Mereka punya semangat, mereka punya impian. Namun mereka butuh uluran tangan kita. Donasi Anda bukan hanya membantu biaya pendidikan, tetapi juga menanam pahala jariyah yang terus mengalir lewat hafalan dan amal mereka.Bersama kita bisa mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang kuat, cerdas, dan membawa cahaya untuk negeri ini. Salurkan donasi terbaik Anda melalui program beasiswa Yatim/Dhuafa Penghafal Al Qur’an.Karena setiap rupiah yang Anda berikan, akan mengalir bersama setiap huruf Al-Qur’an yang mereka lantunkan.

Dari Penghafal Al-Qur’an hingga Diterima di ITB: Perjalanan Inspiratif Fathimah, Santri Beasiswa Yatim MA DAFI

“Tidak ada keberhasilan yang cuma-cuma. Keberhasilan adalah sedikit keberuntungan yang didapat karena cerdas dan kerja keras selebihnya merupakan Ridho Allah SWT.”— Fathimah Khairun Nisa binti Alm. Ibnu Shobir , Santri Beasiswa Yatim DAFI, Penghafal 30 Juz Al-Qur’an Lolos ITB Jalur SNBP Di balik kampus bergengsi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi impian banyak anak muda Indonesia, kini tercatat nama Fathimah, seorang santri penerima beasiswa dari Pesantren DAFI, sebagai salah satu mahasiswi barunya. Namun, lebih dari sekadar lolos seleksi nasional, Fathimah membawa cerita tentang iman, perjuangan, dan ketulusan yang layak mengetuk hati siapa pun. Fathimah bukanlah remaja biasa. Sejak usia 3 tahun, ia sudah mulai menghafal Al-Qur’an, mengikuti jejak kedua orangtuanya yang juga penghafal Kitabullah. Di tengah segala keterbatasan, termasuk kehilangan sang ayah yang sangat dicintainya, Fathimah tetap istiqamah menjaga hafalan, menuntut ilmu, dan berprestasi. “Yang paling sulit itu menjaga niat tetap lurus karena manusia itu punya fitrah ingin diakui. Tapi saya selalu diingatkan untuk menghafal hanya demi Allah,” kenangnya, menggambarkan perjuangan batin yang tak kalah berat dibanding beban akademik. Hingga pada suatu hari yang penuh haru, Fathimah menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an, menjadi yang pertama dalam keluarganya yang menuntaskannya. Namun, bagi Fathimah, hafal 30 juz bukanlah akhir, melainkan amanah besar yang harus terus dijaga dengan murojaah dan amal nyata. Sebagai santri aktif, Fathimah juga dipercaya menjadi ketua organisasi internal pesantren (OSIDAFI), aktif di Palang Merah Remaja, serta beberapa kali menjuarai lomba-lomba akademik dan non akademik, tingkat provinsi hingga Nasional. Semua pencapaian itu ia raih di tengah hidup sebagai santri penghafal Al-Qur’an, tanpa pernah menjadikan keadaan sebagai penghalang. “Abi saya sudah wafat, dan Saya ingin terus belajar agar itu menjadi pahala jariyah untuk beliau,” tuturnya sambil menahan haru. Atas prestasinya yang gemilang, Fathimah dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) dan resmi diterima di Fakultas Sains dan Teknologi di ITB, kampus impian jutaan pelajar Indonesia. Namun perjuangan belum selesai. “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu yang telah menjadi bagian dalam jihad saya menuntut ilmu wabil khusus pak Herman dan keluarga yang membantu secara penuh kebutuhan pendidikan setiap bulannya,” ucapnya penuh rasa syukur. Koordinator Baziskaf DAFI, Ustadz Andy Setiawan, menegaskan bahwa Fathimah hanyalah satu dari sekian banyak anak yatim dan dhuafa penghafal Al-Qur’an yang sedang berjuang mewujudkan mimpi mereka di pesantren. “Kami bersyukur ada para donatur yang bersedia menjadi Orang Tua Asuh. Tanpa mereka, pendidikan seperti ini hanyalah mimpi bagi anak-anak beasiswa kami,” ungkapnya. Mari Jadi Bagian dari Perjalanan Mereka Bersama Baziskaf DAFI, Anda bisa mengambil bagian dalam mencetak generasi Qur’ani yang cerdas, berakhlak, dan berkontribusi nyata untuk negeri. Seperti Fathimah, masih banyak santri yatim dhuafa lainnya yang menanti uluran tangan Anda agar mereka tetap bisa belajar, menghafal, dan mengejar cita-cita mulia. Donasi Anda adalah cahaya dalam gelap, adalah ilmu dalam perjuangan, adalah bekal bagi masa depan bangsa. Yuk, Ambil Bagian menjadi Orang Tua Asuh.Karena satu kebaikan Anda, bisa mengubah hidup satu generasi.

Pesan Sang Ayah Jadi Obor Semangat, Hafalan Al Qur’an Aziziah Tuntas!

Sidoarjo – Di balik wajah teduh dan sikap pemalunya, siapa sangka seorang Aziziah Lauqil Izza Aqila yang merupakan santri yatim ini telah berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an pada Rabu, 30 April 2025. Perjalanan panjang penuh tantangan itu kini membuahkan hasil manis: rasa lega dan syukur mendalam, serta semangat baru untuk meraih cita-cita menjadi dokter spesialis bedah. Aziziah ini merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Sejak ayahnya wafat, sang ibu menjadi tulang punggung keluarga, bekerja di bidang properti di Banyuwangi. Kakaknya menjalani homeschooling dan menjadi salah satu sosok yang setia mendampingi serta menyemangatinya dalam menghafalkan Al Qur’an. “Pesan Ayah yang Tak Pernah Terlupa” Motivasi utama untuk menghafal Al-Qur’an berasal dari sosok sang ayah almarhum. “Ayah dulu sering berpesan untuk jangan pernah tinggalkan hafalan Al-Qur’an,” ungkapnya. Pesan itu menjadi nyala semangat yang tak padam, meski perjuangannya tidak selalu mulus. Di saat banyak santri menikmati waktu santai akhir pekan, ia justru harus melawan rasa malas karena tidak ada jadwal setor hafalan. Dengan inisiatif pribadi, ia menjadwalkan hafalan tambahan bersama ustadzah, sebuah kedewasaan yang tumbuh dari tekad dan tanggung jawab. Pernah pula semangatnya goyah ketika hafalan baru mencapai 8 juz. Rasa jenuh dan ingin menyerah sempat melanda, namun dukungan luar biasa dari sang ibu dan kakaknya kembali menguatkannya. “Bersyukur Dikelilingi Orang-Orang Baik” Dalam prosesnya, ia sangat bersyukur karena pesantren dan para asatidzah selalu membuka ruang untuk mendengarkan hafalannya, bahkan di luar jam pelajaran formal. “Saya senang ada banyak orang yang peduli dan membantu dalam pendidikan saya,” tuturnya dengan lirih. Meski memiliki sifat pemalu, ia menyadari bahwa dukungan donatur-lah yang membuat langkahnya sampai sejauh ini. Kini, setelah menyelesaikan hafalan 30 juz, ia tengah fokus menghadapi ujian sekolah. Targetnya adalah melanjutkan kuliah di Universitas Airlangga Surabaya dan meraih cita-cita sebagai dokter spesialis bedah. “Jangan Berpuas Diri, Jaga Hafalan Itu Lebih Berat” Di akhir, ia menyampaikan pesan menyentuh untuk teman-teman seperjuangannya, “Jangan mudah berpuas diri hanya karena sudah hafal 30 juz. Justru tantangan lebih besar adalah menjaganya lewat murojaah.” Mari Jadi Bagian dari Perjalanan Hebat Mereka Kisah ini hanyalah satu dari sekian banyak santri yatim yang mengukir prestasi dan menebar cahaya dari Al-Qur’an. Dukungan Anda sebagai donatur sangat berarti dalam mendampingi mereka menapaki jalan penuh harapan. Karena di balik setiap hafalan, ada doa, kerja keras, dan uluran tangan Anda yang menyelamatkan masa depan.Yuk, terus dukung perjuangan mereka. Karena dari pesantren ini insyaallah akan lahir pemimpin besar untuk umat nantinya.