Santri Beasiswa Raih Juara Harapan 2 MHQ Nasional di Makassar: Menghafal untuk Menjaga, Bukan Sekadar Berlomba
Al-Qur’an bukan sekadar untuk dilombakan, tetapi untuk dijaga dan diamalkan. Itulah pesan mendalam yang disampaikan oleh Muhammad Faqih Al Zuhdi, santri berprestasi asal Ngawi, Jawa Timur, yang berhasil meraih Juara Harapan 2 Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) 30 Juz Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar. Faqih—begitu ia akrab disapa—merupakan putra dari Bapak Siswanto, seorang penyuluh KUA, dan Ibu Sri Suryani, seorang ASN di Kabupaten Ngawi. Santri penerima beasiswa ini telah menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an dan mendapatkan sanad riwayat Hafs dari Imam Ashim dari gurunya tercinta, Ustadz Muhammad Taufiq, S.Pd.I., Al-Hafizh. MHQ Nasional yang digelar pada 31 Mei 2025 itu diikuti oleh 302 peserta dari berbagai penjuru Indonesia, dengan proses seleksi ketat dimulai dari tahap kualifikasi video tasmi’ Al-Qur’an. Dari ratusan peserta, hanya 30 terbaik yang kemudian diundang ke Makassar untuk diuji secara langsung oleh para dewan juri ahli. “Saya menaikkan target murojaah harian dari 5 juz menjadi 10 juz per hari saat persiapan musabaqoh. Itu adalah bagian dari ikhtiar saya untuk memberikan yang terbaik dalam lomba ini,” ungkap Faqih. Namun bukan kemenangan yang menjadi titik paling berkesan dalam perjalanannya, melainkan kesempatan untuk bertemu para huffazh terbaik dari seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Bandung, Jawa Tengah, hingga daerah lainnya. Bahkan, salah satu penguji lomba ini adalah Ahmad Gozali, Juara 1 Hafidz Indonesia tahun 2018—momen yang membuat Faqih merasa sangat terinspirasi dan semakin termotivasi. Faqih menuturkan bahwa keberhasilannya tak lepas dari pendampingan, arahan, dan semangat yang terus diberikan oleh para ustadz di DAFI Pesantren Al-Qur’an Science. Dukungan penuh dari lingkungan yang mencintai Al-Qur’an membuatnya optimis untuk terus berjuang menjaga hafalan dan membumikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan. Di akhir wawancaranya, Faqih menyampaikan pesan untuk adik-adik santri:“Jangan jadikan lomba tujuan utama. Jadikan musabaqoh sebagai cara kita mensyiarkan Al-Qur’an. Hafalan harus dijaga setiap saat, bukan hanya ketika akan berlomba.” Prestasi yang diraih oleh Faqih bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh generasi muda Qur’ani di Indonesia khususnya para santri DAFI Pesantren Al Qur’an Science bahwa dengan kesungguhan, ketekunan, dan niat karena Allah, Al-Qur’an akan memuliakan siapa pun yang menjaganya. DAFI turut bersyukur atas prestasi ini, dan terus berkomitmen untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur’an yang tak hanya cemerlang dalam prestasi, tetapi juga kokoh dalam adab, akidah, dan cinta terhadap Al-Qur’an.